Kamis, 24 November 2011

Kanker Serviks Terus Mengancam

Kanker serviks terus mengancam kaum perempuan. Setiap hari sedikitnya ada 8 hingga 10 kasus baru kanker mulut rahim di RSU dr Soetomo atau setiap tahun rata-rata ditemukan antara 300 - 350 orang terkena kanker serviks.

“Celakanya sekitar 60 - 80 persen penderita yang datang ke rumah sakit sudah dalam kondisi stadium lanjut,” kata Divisi Onkologi RSU dr. Soetomo Dr Brahmana Askandar, SpOG (K) dikonfirmasi, Rabu

Bahkan dalam beberapa tahun terakhir, lanjut dia, kanker serviks ditemukan pada usia muda.” Perempuan produktif pun juga tidak luput dari ancaman kanker serviks. Terlambatnya deteksi kanker terjadi karena pengetahuan masyarakat mengenai kanker mulut rahim masih terbatas ditambah kurangnya kesadaran untuk memeriksa ke dokter. Apalagi, pada permulaan, gejala kanker mulut rahim memang sulit diketahui karena tidak ada keluhan,” ujarnya.

Ia menjelaskan, perubahan awal yang terjadi pada sel leher rahim tidak selalu merupakan suatu tanda-tanda kanker. Pemeriksaan Pap Smear Test yang teratur sangat diperlukan untuk mengetahui lebih dini adanya perubahan awak dari sel-sel kanker. Perubahan sel-sel kanker selanjutnya dapat menyebabkan pendarahan setelah aktivitas seksual atau di antara masa menstruasi, “Jika mendapatkan tanda-tanda tersebut, Anda sebaiknya segera melakukan pemeriksaan ke dokter,” sarannya.

Menurut Brahmana, adanya perubahan ataupun keluarnya cairan (discharge) bukanlah suatu hal yang normal, dan pemeriksaan yang teliti harus segera dilakukan walaupun baru saja melakukan pap smear test. Meskipun begitu, pada umumnya, setelah dilakukan pemeriksaan yang teliti, hasilnya tidak selalu positif kanker.

Ia mengungkapkan, biasanya pasien mulai datang ke dokter saat mereka mulai merasakan gejala seperti pendarahan setelah berhubungan seksual, pendarahan di luar masa haid, jumlah darah haid yang tidak normal, keputihan yang bercampur darah atau nanah, atau pendarahan pada masa menopouse maka patut diwaspadai sebagai gejala kanker mulut rahim. “Sebetulnya, kalau lebih dini diketahui gejala pra kanker, akan lebih mudah disembuhkan,” ujarnya.

Untuk tingkat penyembuhan, pada stadium I kemungkinan bisa disembuhkan 90 %, stadium II kemungkinan bisa disembuhkan sekitar 70 %. Pada stadium III kemungkinan untuk disembuhkan 30  %, sedangkan, penderita kanker mulut rahim stadium IV untuk bisa disembuhkan hanya 10 %. “Pencegahan jauh lebih baik daripada pengobatan. Untuk itu kini sudah saatnya pemerintah memikirkan untuk menyediakan layanan pemeriksaan dini gejala kanker dengan pap smear gratis,” harapnya.

Saat ini, pemeriksaan dengan pap smear membutuhkan biaya sekitar Rp 50 ribu - Rp 300 ribu. Diharapkan melalui layanan program Jamkesmas, pemeriksaan dengan pap smear bisa dilakukan, sehingga masyarakat miskin di daerah juga bisa melakukan deteksi dini kanker serviks. “Pap smear wajib dilakukan oleh semua perempuan yang sudah menikah atau yang pernah berhubungan seksual. Sebab resikonya sangat tinggi,” tuturnya.

Untuk diketahui di Indonesia, kata Brahmana kanker mulut rahim masih menempati urutan pertama penyakit kanker yang diderita oleh kaum wanita. “Kanker mulut rahim masih menempati urutan pertama, disusul kemudian dengan serangan kanker payudara dan kanker paru-paru,” terangnya. (sumber : http://www.surabayapost.co.id)

Selasa, 22 November 2011

Aerobik Kurangi Resiko Pikun

Aerobik Mengurangi Risiko PikunDEMENSIA adalah keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir, dalam bahasa awam disebut kepikunan. Penurunan kemampuan tersebut menimbulkan gangguan terhadap fungsi kehidupan sehari-hari.

Para ahli dari Mayo Clinic menemukan bukti baru bahwa olahraga aerobik mampu mengurangi resiko dan memperlambat perkembangan demensia. Hasil temuan akan diterbitkan pada bulan ini dalam Mayo Clinic Proceedings. Mereka menyimpulkan latihan aerobik memainkan peran penting dalam melestarikan kemampuan kognitif.

Secara luas peneliti mendefinisikan olahraga, khususnya latihan aerobik, akan meningkatkan denyut jantung dan meningkatkan kebutuhan tubuh akan oksigen. Latihan yang dimaksud bisa dilakukan mulai dari hal yang sederhana seperti berjalan cepat, jogging dan melakukan kegiatan di rumah seperti menyapu dan mengepel.

Para peneliti mencatat bahwa studi pencitraan otak telah secara konsisten menunjukkan bukti objektif dan efek menguntungkan terkait manfaat olahraga terhadap integritas otak manusia. Hasil penelitian terhadap hewan juga telah menunjukkan bahwa olahraga dapat menghasilkan faktor-faktor trofik yang meningkatkan fungsi otak, disamping juga memfasilitasi koneksi otak (neuroplastisitas).

Peneliti mengatakan, dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk melihat hubungan antara olahraga dan fungsi kognitif, tetapi mereka tetap mendorong untuk melakukan latihan, terutama bagi mereka yang khawatir tentang isu-isu kognitif. (sumber : http://www.beritakemarin.com)

Kamis, 17 November 2011

Wanita Memang Lebih Kuat dari Pria

Wanita Memang Lebih Kuat dari Pria
Di balik kelembutan sikap dan penampilannya, sebenarnya seorang wanita menyimpan kekuatan yang besar. Dalam hal mencegah penyakit misalnya, sistem imun mereka jauh lebih kuat daripada pria sehingga mereka pun jarang sakit.


Rahasia di balik kekuatan tersebut berhasil diungkap para ilmuwan. Mereka menemukan bahwa wanita secara genetik memang diprogram untuk lebih kebal terhadap infeksi, bahkan penyakit yang berat seperti kanker.

Dalam laporan yang dipublikasikan dalam jurnal Bio Essay disebutkan para wanita memiliki salinan lebih kromosom X. Kelebihan itu menyebabkan kaum hawa juga memiliki molekul microRNAs yang bisa menghentikan pertumbuhan sel kanker.

Penelitian lain mengenai kekuatan kaum hawa juga pernah dilakukan oleh ilmuwan dari Universitas London, Inggris. Mereka mengatakan sistem imun di tubuh wanita mampu mengalahkan infeksi dengan cepat dan efektif daripada “tentara penjaga” di tubuh pria. Hal ini menjelaskan mengapa para wanita lebih jarang menderita influenza. Dalam sebuah penelitian diketahui dalam setahun seorang pria bisa menderita flu sebanyak 7 kali, sedangkan wanita hanya 5 kali.

Akan tetapi, sebagian ahli berpendapat “lemahnya” tubuh pria itu juga dipengaruhi oleh faktor stress pekerjaan sehingga mereka juga lebih rentan terkena flu.

Karenanya tak mengherankan jika usia harapan hidup wanita rata-rata lebih panjang dari pria. Selain faktor imun yang kuat tadi hal itu juga dipengaruhi oleh gaya hidup pria yang cenderung berbahaya, seperti hobi menenggak alkohol dan merokok.

“Alasan mengapa sistem imun wanita lebih kuat adalah karena faktor gen dan hormon,” kata Sabra Klein, asisten profesor mikrobiologi molekuler dari Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health di AS.

Penelitian juga telah menunjukkan hormon, termasuk estrogen dan testosteron memengaruhi fungsi sistem imun. “Sel imun kita memilki reseptor hormon seperti esterogen. Ini berarti esterogen juga berpengaruh pada fungsi sel ini saat merespon mikroba atau alergen,” kata Klein.

Dr. Ramona Scotland, dari Universitas London mengungkapkan perbedaan sistem imun pria dan wanita juga dipengaruhi oleh jumlah sel darah putih. Ia dan timnya pernah meneliti jumlah sel darah putih, dalam usus dan paru tikus betina dan jantan.

“Dari tikus betina diketahui mereka punya sel darah putih dua kali lebih banyak dari tikus jantan. Seperti diketahui sel imun akan bekerja lebih baik dalam mendeteksi bakteri perusak dan membunuhnya,” katanya.

Sel imun pada betina juga merespon secara berbeda. “Sel-sel imun mereka merespon dengan sedang, itu berarti tubuh mereka tidak merasa terlalu sakit. Sementara pada jantan lebih lambat sembuh dan menderita lebih berat,” katanya.

Sementara itu teori lain menyebutkan alam telah menganugerahi sistem imun yang kuat karena mereka memang diharapkan tetap sehat untuk mengasuh anak-anaknya.

Sayangnya kekuatan sel imun itu juga bisa jadi bumerang untuk wanita karena mereka sendiri jadi lebih rentan pada penyakit autoimun, dimana sel imun menyerang tubuh sendiri. “Kebanyakan penyakit autoimun memang diderita kaum wanita,” kata profesor Ashley Grossman, presiden Society for Endocrinology.

Ia memang memberi contoh, misalnya penyakit lupus yang resikonya untuk diderita wanita 9 kali lebih tinggi daripada pria. Kaum hawa juga beresiko 3 kali lebih besar menderita artritis reumatoid. (sumber : http://blokbojonegoro.com)

Selasa, 08 November 2011

Kanker Payudara, Pembunuh Nomor Dua

Wanita tidak menikah paling beresiko terinfeksi

Kanker payudara telah menjadi pembunuh nomor dua bagi wanita setelah kanker serviks (mulut rahim). Bahkan di Surabaya angka penderitanya juga terus melonjak. Wanita tidak menikah dan wanita menikah yang tingkat keseringan melakukan seksnya rendah (jarang) ternyata beresiko tinggi terkena kanker payudara. Apalagi jika secara genetis memiliki keluarga satu darah yang telah terinfeksi kanker.

Dokter RS Onkologi Surabaya, dr. Sundari Manoppo menyebutkan, berdasarkan data dari Rumah Sakit Onkologi Surabaya, angka insiden penderita kanker payudara di Kota Surabaya semakin meningkat. Jika tahun 2007, jumlah penderita mencapai 188 orang pasien. Tahun berikutnya (2008), angkanya bertambah menjadi 363 orang. Sementara di tahun 2010 ada penderita kanker payudara mencapai 564 orang. Sedangkan memasuki tahun 2011, posisi enam bulan pertama (Januari - Juni) sudah sekitar 232 orang. “Dan 75 persen di antaranya karena sudah tidak menikah dan rutinitas seksnya rendah karena setelah bercerai atau ditinggal mati suaminya,” kata Sundari.

Dijelaskan, payudara sendiri dalam ilmu medis secara fisiologis berfungsi untuk menyusui, tanda seksual sekunder, pengatur hormonal serta keindahan atau daya tarik. “Jadi jika fungsinya tidak dimaksimalkan sedemikian rupa maka kanker bisa merasuk ke jaringan atau organ di dekatnya,” terangnya.

Menurut dia, wanita yang tidak menikah beresiko tinggi karena dia tidak melahirkan dan menyusui. Padahal mereka yang menyusui secara aktif memperlancar sirkulasi hormonal. “Karena itu, faktor resiko bagi wanita yang tidak menikah dan tidak menyusui lebih besar ketimbang wanita yang sudah menikah dan menyusui,” tuturnya.

Sementara kelancaran sirkulasi hormonal ini juga dipengaruhi dengan tingkat keseringan melakukan aktivitas seks. Semakin sering wanita melakukan hubungan seks maka sirkulasi hormonal akan semakin baik dan semakin sedikit juga resikonya terhadap penyakit kanker payudara. “Justru wanita yang sedikit melakukan aktivitas seks, semakin rentan terkena penyakit kanker payudara. Namun wanita yang melakukan seks beda pasangan serta tidak menjaga higienitasnya, juga rentan terserang virus HPV, yang bisa memunculkan kanker mulut rahim,” terangnya.

Wanita Obesitas

Selain faktor-faktor di atas, wanita yang rentan terkena kanker payudara, ia sebutkan, wanita gemuk atau obesitas. Selain disebabkan faktor hormonal, obesitas juga memengaruhi metabolisme di dalam tubuh. “Wanita harus memperhatikan berat tubuhnya agar tidak terlalu gemuk,” tuturnya.

Disebutkan pula, jika kanker payudara dapat diketahui secara dini kemungkinan sembuh itu ada. “Caranya bisa diraba sendiri, tangan kanan memegang payudara kiri begitu pula sebaliknya. Lakukan perlahan untuk merasakan ada tidaknya benjolan. Kalau ingin lebih pasti, baiknya rutin check up ke dokter,” paparnya.

Sedangkan soal pendeteksian, sekarang ada alat bernama mammograf yang dapat mengetahui keberadaan kanker meski ukurannya masih 1 mm, “Jadi kita tidak usah bingung lagi karena mammograf dapat mendeteksi walau masih pra-kanker,” tukasnya.

Selain mendeteksi, ada baiknya perempuan Indonesia mencegah kanker payudara dengan mengonsumsi makanan sehat mengandung banyak antioksidan. “Bisa dari sayur atau buah-buahan,” ujarnya. Tak lupa ia juga mengingatkan, untuk tidak percaya dengan pengobatan alternatif supaya bisa sembuh dengan biaya lebih murah. Karena cara tersebut oleh dianggapnya solusi konyol. “Karena pasien yang datang ke tempat alternatif, 99 % biasanya akan balik lagi ke rumah sakit dengan tingkat stadium lebih tinggi dari awal mereka datang. Pengobatan alternatif, tidak punya dasar medis untuk menyembuhkan kanker payudara,” tegasnya. (sumber : http://harianjoglosemar.com)

Rabu, 02 November 2011

Pria Lajang Rentan Tewas Kena Kanker


Dengan menikah, bukan hanya kebahagiaan yang Anda rasakan. Tapi juga kesehatan fisik dan mental yang lebih baik. wajar jika akhirnya pria yang telah menikah beresiko lebih rendah terkena kanker.


Setidaknya begitu menurut penelitian terhadap 440.000 pria dan wanita yang dilakukan oleh University of Oslo, Norwegia. Ditemukan bahwa pria lajang beresiko dua kali lebih tinggi tewas karena kanker, daripada pria yang sudah menikah.

Seperti yang disitat Daily Mail, mereka sebelumnya meneliti kematian akibat kanker 40 tahun ke belakang. Hasilnya, pria dan wanita yang belum menikah lebih sering meninggal dunia dari 13 tipe umum kanker seperti paru-paru, payudara dan prostat.

Angka kematian responden pria yang belum menikah sebesar 18 persen hingga 35 persen. Dua kali lebih tinggi dari angka kematian responden wanita yang belum menikah, yakni 17 persen hingga 22 persen.

Pada studi sebelumnya, telah ditemukan bahwa umumnya mereka yang telah menikah tidak lagi merokok dan menjadi peminum berat, yang memicu kesehatan mental yang lebih baik. ditambah lagi, mereka yang telah menikah berkonsultasi dengan dokter lebih sering karena mendapat dukungan dari pasangan. (sumber : http://waspada.co.id)

Kenali Gejala Sejak Dini dengan Pap Smear


Pada penyakit Kanker Serviks, tahap awal menimbulkan gejala yang mudah diamati. Itu sebabnya, bagi wanita yang sudah aktif seksual amat dianjurkan melakukan tes pap smear setiap dua tahun sekali.


Demikian lanjutan pemaparan dokter spesialis kandungan, Madurasmi dalam seminar Kanker Serviks di Fakultas Kedokteran Unmul, menurut Dr. Madurasmi yang sudah bertahun-tahun tugas di RSUD AW Sjahranie, gejala fisik serangan penyakit ini pada umumnya hanya dirasakan penderita kanker stadium lanjut, dan belum terlalu dirasakan pada stadium 1 dan 2.

Biasanya muncul rasa sakit dan pendarahan saat berhubungan intim (contact bleeding), keputihan yang berlebihan dan tidak normal, pendarahan di luar siklus menstruasi, penurunan berat badan drastis. Apabila kanker menyebar ke panggul, pasien akan menderita keluhan nyeri punggung yang juga hambatan dalam berkemih, serta pembesaran ginjal.

Karena itulah Madurasmi menganjurkan agar wanita-wanita yang aktif melakukan hubungan seksual untuk melakukan pap smear, “Pap Smear merupakan tes skrining untuk mendeteksi dini perubahan atau abnormalitas dalam serviks sebelum sel-sel tersebut menjadi kanker,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, pemeriksaan pap smear dilakukan dengan pemeriksaan khusus ginekologis. Sampel sel-sel diambil dari luar serviks dan liang serviks dengan melakukan usapan. Menggunakan spatula dari bahan kayu atau plastik. Setelah usapan dilakukan, sebuah cytobrush (sikat kecil berbulu halus, untuk mengambil sel-sel serviks) dimasukkan untuk melakukan usapan dalam kanal serviks. Setelah itu, sel-sel diletakkan dalam object glass (kaca objek), disemprot dengan zat untuk memfiksasi, atau diletakkan dalam botol yang mengandung zat pengawet, kemudian dikirim ke laboratorium untuk diperiksa.

“Dengan pemeriksaan dini bagi penderita, lebih memiliki kesempatan hidup lebih panjang, karena bisa langsung melakukan pengobatan,” tukasnya.

Pap smear dapat mendeteksi kondisi kanker dan prakanker dalam serviks. Biopsi (pengambilan jaringan) serviks umumnya dilakukan saat pap smear bila ada indikasi kelainan signifikan, atau bila ditemukan kelainan selama pemeriksaan dalam rutin, untuk mengidentifikasi kelainan tersebut. Hasil pap smear dinyatakan positif, bila menunjukkan perubahan-perubahan sel serviks. Biopsi (pengambilan jaringan) mungkin tidak perlu dilakukan segera, kecuali Anda dalam kategori resiko tinggi. Untuk perubahan sel yang minor, umumnya direkomendasikan untuk mengulang pap smear dalam 6 bulan ke depan.

“Hindari persetubuhan, penggunaan tampon, pil vagina, ataupun mandi berendam dalam bath tup, selama 24 jam sebelum pemeriksaan. Ini untuk menghindari ‘kontaminasi’ ke dalam vagina yang dapat mengacaukan hasil pemeriksaan,” sambungnya.

“Ingat ibu-ibu, kenali gejala kanker serviks sejak dini dengan pap smear. Kalau sudah terkena, akan banyak pengaruhnya terhadap kehidupan seks suami istri,” pesannya. (sumber : http://www.sapos.co.id)