Selasa, 08 November 2011

Kanker Payudara, Pembunuh Nomor Dua

Wanita tidak menikah paling beresiko terinfeksi

Kanker payudara telah menjadi pembunuh nomor dua bagi wanita setelah kanker serviks (mulut rahim). Bahkan di Surabaya angka penderitanya juga terus melonjak. Wanita tidak menikah dan wanita menikah yang tingkat keseringan melakukan seksnya rendah (jarang) ternyata beresiko tinggi terkena kanker payudara. Apalagi jika secara genetis memiliki keluarga satu darah yang telah terinfeksi kanker.

Dokter RS Onkologi Surabaya, dr. Sundari Manoppo menyebutkan, berdasarkan data dari Rumah Sakit Onkologi Surabaya, angka insiden penderita kanker payudara di Kota Surabaya semakin meningkat. Jika tahun 2007, jumlah penderita mencapai 188 orang pasien. Tahun berikutnya (2008), angkanya bertambah menjadi 363 orang. Sementara di tahun 2010 ada penderita kanker payudara mencapai 564 orang. Sedangkan memasuki tahun 2011, posisi enam bulan pertama (Januari - Juni) sudah sekitar 232 orang. “Dan 75 persen di antaranya karena sudah tidak menikah dan rutinitas seksnya rendah karena setelah bercerai atau ditinggal mati suaminya,” kata Sundari.

Dijelaskan, payudara sendiri dalam ilmu medis secara fisiologis berfungsi untuk menyusui, tanda seksual sekunder, pengatur hormonal serta keindahan atau daya tarik. “Jadi jika fungsinya tidak dimaksimalkan sedemikian rupa maka kanker bisa merasuk ke jaringan atau organ di dekatnya,” terangnya.

Menurut dia, wanita yang tidak menikah beresiko tinggi karena dia tidak melahirkan dan menyusui. Padahal mereka yang menyusui secara aktif memperlancar sirkulasi hormonal. “Karena itu, faktor resiko bagi wanita yang tidak menikah dan tidak menyusui lebih besar ketimbang wanita yang sudah menikah dan menyusui,” tuturnya.

Sementara kelancaran sirkulasi hormonal ini juga dipengaruhi dengan tingkat keseringan melakukan aktivitas seks. Semakin sering wanita melakukan hubungan seks maka sirkulasi hormonal akan semakin baik dan semakin sedikit juga resikonya terhadap penyakit kanker payudara. “Justru wanita yang sedikit melakukan aktivitas seks, semakin rentan terkena penyakit kanker payudara. Namun wanita yang melakukan seks beda pasangan serta tidak menjaga higienitasnya, juga rentan terserang virus HPV, yang bisa memunculkan kanker mulut rahim,” terangnya.

Wanita Obesitas

Selain faktor-faktor di atas, wanita yang rentan terkena kanker payudara, ia sebutkan, wanita gemuk atau obesitas. Selain disebabkan faktor hormonal, obesitas juga memengaruhi metabolisme di dalam tubuh. “Wanita harus memperhatikan berat tubuhnya agar tidak terlalu gemuk,” tuturnya.

Disebutkan pula, jika kanker payudara dapat diketahui secara dini kemungkinan sembuh itu ada. “Caranya bisa diraba sendiri, tangan kanan memegang payudara kiri begitu pula sebaliknya. Lakukan perlahan untuk merasakan ada tidaknya benjolan. Kalau ingin lebih pasti, baiknya rutin check up ke dokter,” paparnya.

Sedangkan soal pendeteksian, sekarang ada alat bernama mammograf yang dapat mengetahui keberadaan kanker meski ukurannya masih 1 mm, “Jadi kita tidak usah bingung lagi karena mammograf dapat mendeteksi walau masih pra-kanker,” tukasnya.

Selain mendeteksi, ada baiknya perempuan Indonesia mencegah kanker payudara dengan mengonsumsi makanan sehat mengandung banyak antioksidan. “Bisa dari sayur atau buah-buahan,” ujarnya. Tak lupa ia juga mengingatkan, untuk tidak percaya dengan pengobatan alternatif supaya bisa sembuh dengan biaya lebih murah. Karena cara tersebut oleh dianggapnya solusi konyol. “Karena pasien yang datang ke tempat alternatif, 99 % biasanya akan balik lagi ke rumah sakit dengan tingkat stadium lebih tinggi dari awal mereka datang. Pengobatan alternatif, tidak punya dasar medis untuk menyembuhkan kanker payudara,” tegasnya. (sumber : http://harianjoglosemar.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar